JAKARTA Khutbah Jum'at tentang Ilmu bisa menjadi pedoman bagi umat Islam untuk terus belajar dalam mengarungi hidup di dunia yang fana ini.. Islam sangat menekankan umatnya untuk menuntut ilmu guna menggali segala hal yang ada di dunia. Kehidupan manusia yang terus berkembang hingga menjadi lebih pesat memang tidak lepas dari peran ilmu pengetahuan dan teknologi.Khutbah I إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, Alhamdulillah, kita semua diberikan nikmat oleh Allah subhanahu wata’ala, nikmat iman, nikmat sehat, sehingga bisa menjalankan ibadah shalat Jumat sembari bersilaturrahim dengan keluarga kita, kerabat kita, dan tetangga kita. Shalwat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang sangat kita harapkan syafaatnya kelak di hari kiamat. Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, Pada kesempatan khutbah Jumat ini, khatib tidak jemu-jemu untuk mengingatkan kita semua, marilah kita meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi larangannya; takwa di mana pun kita berada di tempat kerja, di jalan raya, di tempat-tempat umum, di tempat sepi semoga kita tetap menjalankan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala. Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, Semua benda langit beredar pada orbitnya. وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ “Peredaran benda langit, terutama bumi, bulan, dan matahari ini digunakan oleh manusia sebagai penanda waktu, penanda hari, penanda bulan, dan penanda tahun.” Satu hari yang lalu, terjadi pergantian tahun baru Hijriah 1442 H. Beberapa di antara kita melakukan refleksi akhir tahun, lalu membuat perencanaan-perencanaan, berharap tahun ini lebih baik dari tahun kemarin dan semua target kita bisa tercapai. Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan Allah, Tidak ada salahnya membuat perencanaan-perencanaan duniawi. Namun kita telah diingatkan agar mengarahkan semua aktivitas hidup kita untuk kepentingan ukhrawi. Kita diciptakan hanya untuk menyembah Allah subhanahu wata’ala. وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ “Aku kata Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembahnya.” Hadirin sekalian, khatib mengingatkan, marilah kita melakukan tajdîdun niyat, memperbaharui niat hidup kita, mengubah orientasi kita, memperbaharui orientasi duniawi kita menjadi orientasi ukhrawi. Para ulama kita, sebagaimana dalam kitab Ta’limul Muta’allim yang diajarkan kepada santri di pesantren mengingatkan kita كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الدّنْياَ وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِيَّة مِن أَعْمَالِ الآخِرَة، كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الأخرة ثُمَّ يَصِيْر مِن أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِيَّة “Banyak sekali amal duniawi kita yang seakan-akan merupakan amal dunia semata, seperti makan dan minum, bekerja dan beraktivitas sehari hari yang seakan-akan merupakan amalan duniawi namun menjadi amalan ukhrawi dengan niat yang baik, niat melakukan sesuatu perbuatan karena Allah.” Sebaliknya, banyak sekali amalan kita yang seakan-akan amalan akhirat, namun dengan niat yang tidak tepat, semua itu menjadi amalan duniawi belaka. Shalat kita, zakat kita, wakaf kita untuk pembangunan masjid dan pesantren, haji kita, santunan kita terhadap fakir miskin dan anak yatim yang seakan-akan merupakan amalan akhirat bisa jadi merupakan amalan duniawi semata, hanya gara-gara kita salah dalam menata niat kita. Kita melakukan shalat, zakat, haji, santunan yatim hanya untuk orientasi duniawi, agar dipuji orang, disegani orang dihormati orang. Kita sering salah dalam menata niat ibadah kita. Hadirin sekalian, jamaah jumat yang dimuliakan oleh Allah, Niat adalah urusan hati. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Umar bin Khattab radliyallahu anh إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى “Sesungguhnya segala amalan itu tergantung kepada niatnya; dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Dalam kajian fiqih, niat didefinisikan dengan “menyengaja sesuatu dengan disertai perbuatannya”. Niat kita ada bersamaan dengan permulaan kegiatan kita. Ketika melakukan shalat, sama-sama kita mengerjakan shalat empat rakaat, tapi niatlah yang membedakan antara shalat dzuhur, ashar, dan shalat isya’. Sama-sama shalat dua rakaat, niatlah yang membedakan antara shalat subuh dengan shalat sunnah tahiyatul masjid, dan seterusnya. Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah Niat inilah juga yang akan mengubah aktivitas duniawi kita menjadi aktivitas akhirat. Makan kita, minum kita, jalan kita, kerja kita, semua aktivitas kita yang berupa aktivitas duniawi akan menjadi aktivitas akhirat apabila kita niatkan semuanya dalam rangka untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Keberangkatan kita ke kantor atau ke pasar, ke tempat kerja masing-masing akan bernilai ibadah apabila kita niatkan untuk mencari nafkah guna menghidupi keluarga dalam rangka menjalankan perintah Allah subhanahu wata’ala. Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah, Kalaupun kita ingin melakukan refleksi atas semua yang sudah kita lakukan maka sebenarnya refleksi yang tepat kita lakukan, bukan setiap tahun, tapi setiap hari sebelum tidur. Setelah kita mengambil air wudlu, kita melakukan shalat isya’, kita jauhkan hanphone dari tempat tidur kita, lalu kita berdoa sembari kita merefleksikan apa yang selama sehari ini sudah kita perbuat. Sebelum tidur, kita meminta ampun kepada Allah atas semua kesalahan yang kita perbuat dan berkomitmen untuk memperbaiki diri di esok hari. Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah, Keesokan harinya, setelah kita bangun tidur, sebelum kita memegang hanphone, kita berdoa, mengambil air wudhu, shalat shubuh, kemudian berzikir seraya berdoa, dan menata niat kita. Kita berangkat kerja dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim. Kita mulai aktivitas kerja kita dengan niat mencari nafkah, guna memenuhi perintah Allah, guna ibadah kepada Allah. Semua aktivitas kita di tempat kerja, di lembaga pendidikan, di rumah tangga atau dimanapun, kita niatkan semuanya untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Inilah hakikat tajdînun niyat. Dengan menata niat, kita juga akan tertuntun untuk senantiasa takwa kepada Allah. Kita tidak akan terjerumus dalam tindakan-tindakan curang, menipu, atau tindakan lain yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala. Dengan menata niat, semua aktivitas kita akan dibimbing oleh Allah; akan sesuai dengan apa yang dikehendaki olehnya. Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah, Marilah kita senantiasa memperbaharui niat kita. Bisa jadi, sempat terbersit niat kita yang kurang bagus di suatu aktivitas kita, atau kita lupa dengan Allah di tengah aktivitas kita, namun tidak tertutup bagi kita untuk bisa memperbaharui niat kita dengan mengorientasikan kembali semua aktivitas kita agar sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata’ala. Akhirul kalam, mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan bermanfaat buat diri pribadi dan buat kita semua. Âmîn yâ rabbal âlamîn. وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ١٣٣ بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ A. Khoirul Anam, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Unusia Jakarta Sumber NU Online dengan beberapa perbaikan
DalamKhutbah Jumat singkat ini, mari kita merenung sejenak tentang apa yang terjadi di sekitar kita saat ini, di mana kita sedang menjalani masa pandemi Covid 19 yang sudah berjalan lebih dari setahun. kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. 2. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID xLT6YGCSUYGQi_5Oc9P5UoqpGAhUJ6wSSZ3m0fH5Zz4ll7_rMJknwA==
AYOINDONESIACOM-- Berikut ini contoh materi khutbah jumat Singfkat terbaru.Artikel di bawah ini memuat teks khutbah Jumat singkat edisi 5 Agustus 2022 tentang keistimewaan bulan Muharram. 1 Muharram 1444 H jatuh pada hari Sabtu, 30 Juli 2022. Saat ini berarti sudah masuk pada 6 Muharram 1444 H.Khutbah I الحمدُ لله الّذِى خَلَقَ المَوْتَ والحَياةَ لِيَبْلُوَ النّاسَ أيُّهُمْ أحْسَنُ عَمَلاً أشْهدُ أنْ لا إله إلّا اللهُ وحْدهُ لا شَريكَ له وأشهَدُ أنّ سيِّدَنا مُحمّدًا عبْدُه ورَسُلُه تَبَتَّلَ إلَيْهِ تَبْتِيْلاً اللهُمّ صَلِّ وسَلِّمْ وبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحمّدٍ وعلَى ألِه وصَحْبِه الّذِيْنَ صَبَرُوْا صَبْرًا جَمِيْلاً أمّا بعدُ فَيا أيُّها النّاسُ أُوصِيْكُم ونَفْسي بتَقوى الله حَقَّ تُقَاتِه ولاَ تَمُوْتُنَّ إلاّ وأنتُم مُسْلِمُون واعْلَمُوْا أنّ اللهَ تعالى يَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً إنَّ فِى ذَلِكَ لَأيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ أُولَئِك على هُدًى مِنْ رَبِّهِم وأُلئِكَ هُمُ المُفلِحُوْن. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Pada kesempatan baik dan hari yang baik, serta dalam keadaan baik. Di manapun kita berada dan dalam keadaan apapun saja, marilah kita bersama-sama meningkatkan takwa kita kepada Allah swt, dengan melaksanakan semua perintah-perintahnya dan menjauhi segala larangan-larangannya, karena dengan takwalah seseorang bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana janjinya Allah swt dalam surat Yunus ayat 63-64 الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ Problematika kehidupan yang silih berganti yang tak kunjung selesai, Allah swt akan memberikan kemudahan, sekalipun masalah ekonomi, Allah swt akan menjamin dan memberikan tanpa terduga-duga, adapun janji Allah SWT terdapat pada surat At-tholaq ayat 2-3 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt. Hidup ini tidak lepas dari ujian dan cobaan, bahkan ujian dan cobaan merupakan sunnatullah yakni suatu keharusan dalam kehidupan, siapa pun tidak bisa terlepas darinya. Bahkan, itulah warna-warni kehidupan. Kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan tanda berimannya seseorang kepada Allah swt. Sesungguhnya ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup manusia merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan sifat adilnya Allah swt. Tidak satu pun di antara kita yang mampu menghindar dari ketentuan-Nya. Keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran yang kokoh amatlah sangat kita butuhkan dalam menghadapi badai cobaan yang menerpa. Oleh karena itu, dalam keadaan apapun, kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah swt harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dan haruslah diyakini bahwa tidaklah Allah menurunkan berbagai musibah melainkan sebagai ujian atas keimanan yang kita miliki. Sebagaimana apa yang tertulis dalam firman-Nya أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian” QS. Al Baqarah 214 Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Cobaan dan ujian merupakan sunnatullah yang Allah berlakukan terhadap setiap hamba-hamba-Nya. Ada beberapa gambaran mengenai hal ini dari Al-Qur'an dan hadits Pertama cobaan dan ujian merupakan salah satu bentuk cinta Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Sebagaimana hadits Nabi إنّ عِظَمَ الْجَزاءِ مَعَ الْبَلاءِ وإنّ اللهَ تعالى إذا أحَبّ قَوْماً إبْتَلاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فلَهُ الرِّضَا ومَنْ سَخِطَ فلَهُ السُّخْطُ “Besarnya suatu pahala adalah tergantung dari besarnya ujian dari Allah. Dan sesungguhnya Allah swt. apabila mencintai suatu kaum, Allah menguji mereka. Jika dengan ujian tersebut mereka ridha, maka Allah pun memberikan keridhaan-Nya. Dan siapa yang marah tidak ridha, maka Allah pun marah terhadapnya.” Kedua menyadari sepenuhnya bahwa dunia ini bersifat fana, apa saja yang ada di dunia ini bakal sirna dan musnah, tidak ada sesuatu yang langgeng dan abadi. Apapun yang terjadi di dunia ini bersifat sementara dan terbatas, ada saat-saat di mana manusia menikmati kesenangan pada saat yang lain terjadi sebaliknya. Bagaikan roda yang selalu berputar, terkadang ada yang di atas dan ada pula yang di bawah, dan tidak selamanya seseorang berada di atas dan tidak pula selamanya seseorang berada di bawah begitu juga sebaliknya. Ketiga memandang setiap ujian dan cobaan sebagai sarana peningkatan ketakwaan seseorang kepada Allah swt untuk mencapai peningkatan kualitas pribadi yang baik dalam konteksnya sebagai manusia kamil yakni manusia yang sempurna. Dengan gambaran bahwasanya menganggap adanya ujian dan tantangan dalam hidupnya merupakan kesempatan untuk meningkatkan kualitas pribadinya. Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan Sa’d bin Abi Waqash suatu ketika dia bertanya kepada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Nabi menjawab, “Para nabi, kemudian orang-orang yang seperti para nabi, kemudian orang-orang yang seperti mereka. Ketahuilah bahwa Seorang hamba diuji Allah berdasarkan keimanannya. Jika keimanannya kokoh, maka akan semakin berat cobaannya. Namun jika keimanannya lemah, maka ia akan diuji berdasarkan kadar keimanannya tersebut. Dan cobaan tidak akan berpisah dari seorang hamba hingga nanti ia meninggalkannya berjalan di muka bumi seperti ia tidak memiliki satu dosa pun. Keempat cobaan dan ujian merupakan hakikat dari kehidupan manusia di dunia. Sebagaimana yang sudah di jelaskan dalam surat Al-mulk ayat 1-2 تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا Dari ayat di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa apa saja yang kita alami dalam hidup ini sesungguhnya merupakan ujian dari Allah swt jika kita sedang dalam kondisi hidup enak, serba kecukupan itu pada hakikatnya adalah sebagai ujian dari Allah. Dengan artian dapatkah kita mensyukuri nikmat-Nya dan memanfaatkan sesuai dengan kehendak-Nya dalam mencapai keridhaan-Nya, sebaliknya jika kita sedang mengalami masa-masa sulit, serba kekurangan itupun juga merupakan ujian, sampai dimanakah ketahanan dan kesabaran kita serta bagaimanakah usaha kita untuk mencapai tatanan hidup yang lebih baik yang di ridlha-Nya. Kelima Setiap ujian yang di berikan Allah kepada hambanya selalu mengandung hikmah yang positif bagi dirinya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw إنّ لِلهِ تعالى فِى أثْناءِ كُلِّ مِحْنَةٍ مِنْحَةً “Sesungguhnya bagi Allah pada setiap ujian yang di turunkan-Nya terdapat karunia Allah di dalamnya.” Dengan demikian, manusia menjadi sadar bahwa ujian yang di hadapinya itu tidak lepas dari hikmah yang justru demi kebaikan hamba itu sendiri, sudah barang tentu ia di tuntut mampu mengambil dan memetik hikmah yang tersembunyi di dalamnya. Oleh karena itu dalam keadaan apapun suka maupun duka, bukan tidak mungkin dengan adanya ujian dan cobaan kita dapat mengambil ibrah atau pelajaran dan hikmah dari setiap peristiwa, tentunya menjadi bekal dalam mendekatkan diri kita pada Allah dengan berusaha memperbanyak amal ibadah pada Allah, sabar menerima atas segala ketentuannya serta berserah diri pada-Nya atas segala urusan dunia maupun di akhirat. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah Semoga kita senantiasa mendapatkan Rahmat dan pertolongan dari Allah swt agar bisa menjadi hamba yang selalu bersabar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan, dan semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang selalu berbaik sangka atas segala kehendaknya, sehingga termasuk golongan orang-orang yang beriman pada Allah swt أعُوْذُ بالله مِنَ الشّيْطانِ الرَّجِيْمِ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ بَارَكَ اللهُ لي ولَكُمْ فِى الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكيمِ وَتقبَّلْ مِنّى ومِنْكم تِلاوَتَه إنّه هُو السّميعُ العَليمُ. *Penyusun khutbah Agus Moh. Sholahuddin
Jamaahshalat jum'at rahimakumullah, Waktu adalah sebuah anugerah. Manusia menerima kesempatan di dunia untuk mencapai tujuan-tujuan akhirat. Sebagaimana Islam ajarkan bahwa kehidupan dunia adalah ladang yang mesti digarap serius untuk masa panen di akhirat kelak. Karena itu sifat waktu dunia adalah sementara, sedangkan sifat waktu di akhirat
HAKIKAT KEHIDUPAN DUNIA KHUTBAH PERTAMA ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنْ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ Hadirin jama’ah Jumat yang berbahagia, Dengan mengucap Alhamdulillah, kita bersyukur ke hadhirat Alloh subhanahu wata’ala atas segala karuniaNya. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi kita yang mulia, Nabi Muhammad sholallohu alaihi wasallam, begitu juga kepada para sahabat dan keluarganya. Marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Alloh subhanahu wata’ala, agar dihadapannya kita dapat meraih derajat yang mulia. Kaum muslimin sidang jumat, rohimakumullah, Allah subhanahu wata’ala menurunkan Al Quran supaya menjadi petunjuk bagi manusia agar ia bisa mengambil pelajaran darinya. Di antara petunjuk yang Allah berikan di dalam Al Quran adalah tentang “hakikat kehidupan dunia”. Di dalam Surat Ghaafir 39, Allah subhanahu wata’ala berfirman يَٰقَوۡمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا مَتَٰعٞ وَإِنَّ ٱلۡأٓخِرَةَ هِيَ دَارُ ٱلۡقَرَارِ ٣٩ Artinya Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Kaum muslimin sidang jumat, rohimakumullah, Ayat tersebut menjelaskan tentang hakikat kehidupan dunia yang sementara, dan sesungguhnya akhirat adalah kehidupan yang abadi. Kata dunia sendiri didalam kitab lisaanul Arab, memiliki arti rendah dan bersifat sementara. Dengan demikian kehidupan dunia adalah kehidupan yang rendah dan sementara jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal tanpa ada akhirnya. Allah subhanahu wata’ala memberikan gambaran kepada kita tentang kehidupan dunia seperti air hujan yang menyuburkan tumbuhan sampai jangka waktu tertentu, dan akhirnya tumbuhan itu menjadi kering dan mati, sebagaimana Allah jelaskan di dalam surat Yunus 24 “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air hujan yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai pula perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan tanam-tanamannya laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang berfikir.” Yunus 24 Pada akhir ayat tersebut dikatakan “Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang berfikir.” Ini artinya hanya orang yang mau berpikir yang mau melihat sekitarnya dan sadar bahwa kehidupan dunia adalah sementara. Jangan sampai kita terpedaya oleh kehidupan dunia yang bersifat sementara. Bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Tidak mau tahu lagi mana yang halal dan haram. Harta seakan segala-galanya. Orang yang demikian ini tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebagaimana dialami oleh banyak caleg yang gagal masuk menjadi anggota legislatif. Mereka stres, bahkan ada yang gila dan bunuh diri, semua hartanya habis ludes, yang tersisa tinggal tagihan hutang yang setiap saat menghantuinya. Orang yang tertipu dengan dunia biasanya tidak sadar bahwa dunia ini ada batasnya. Mereka mengira hidup mereka masih lama. Bahkan mereka berharap umur mereka diperpanjangsampai 1000 tahun. Harapan semacam ini ternyata merupakan salah satu karakter orang kafir Al-Baqarah 96. وَلَتَجِدَنَّهُمۡ أَحۡرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٖ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمۡ لَوۡ يُعَمَّرُ أَلۡفَ سَنَةٖ وَمَا هُوَ بِمُزَحۡزِحِهِۦ مِنَ ٱلۡعَذَابِ أَن يُعَمَّرَۗ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِمَا يَعۡمَلُونَ ٩٦ Artinya Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan di dunia, bahkan lebih loba lagi dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Kaum muslimin sidang jumat, rohimakumullah, Tanpa mereka sadari, setiap pertambahan hari atau bulan pada hitungan umurnya, pada hakikatnya jatah umurnya semakin pendek dan berkurang dari apa yang telah Allah tetapkan az-Zumar 42. Banyak orang yang suka menunda-nunda pelaksanaan kewajiban ibadah maupun bertobat. Mereka berharap suatu saat mereka bisa melakukannya. Tidak sedikit masyarakat kita yang teracuni bualan orang hedonis yang mengatakan, "muda foya-foya, tua kaya-raya, dan mati masuk surga." Ini tentu tipuan dan bualan setan yang ingin menjauhkan manusia dari tuhannya dan menjerumuskan para generasi muda dalam sebuah kehidupan tanpa arah. Jamaah Jumat yang berbahagia, Sahabat Rosululloh yang mulia, Jâbir bin Abdullah, mengabarkan bahwa Rosululloh sholallohu alaihi wasallam pernah melewati pasar hingga kemudian banyak orang yang mengelilinginya. Sesaat kemudian beliau melihat bangkai anak kambing yang cacat telinganya. Beliau mengambil dan memegang telinga bangkai kambing itu seraya bersabda, "Siapa di antara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan harga satu dirham"sahabat menjawab, "Kami tidak mau, walau bangkai anak kambing itu menjadi milik kami dengan harga murah. Lagi pula, apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?" Kemudian Rosululloh bersabda lagi, "Apakah kalian suka anak kambing ini menjadi milik kalian?" Mereka menjawab, "Demi Allah, seandainya anak kambing ini hidup, maka ia cacat telinganya. Apalagi dalam keadaan mati." Mendengar pernyataan mereka, Nabi bersabda, "Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini untuk kalian." HR. Muslim. Dikisahkan pada suatu waktu, Rosululloh memegang pundak Abdullah bin Umar Beliau berpesan, "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan musafir" Abdullah menyimak dengan khidmat pesan itu dan memberikan nasihat kepada sahabatnya yang lain, "Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah engkau menanti datangnya pagi. Sebaliknya, bila engkau berada dipagi hari, janganlah engkau menanti datangnya sore. Ambillah manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum engkau terbaring sakit, dan gunakanlah masa hidupmu untuk beramal sebelum datangnya kematianmu" HR. Bukhari Hadirin jama’ah jumat yang berbahagia, Demikian khutbah singkat ini, semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang telah disampaikan sehingga kita semakin memahami hakikat kehidupan dunia. Wallohu a’laam bisshowab. Penutup Khutbah Pertama أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ KHUTBAH KEDUA اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنْ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ, وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ, وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. Penutup Khutbah Kedua عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ, وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ .