KenduriPuisi Pendidikan Kita Purwakarta, Tukang Becak Pun Ikut Membacakan Puisi . 5 Agustus 2022 09:41 Diperbarui: 5 Agustus 2022 09:41 0 0 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto Kenduri Puisi Pendidikan Kita. TENTANG KOMPASIANA. PROFIL. PERFORMA & STATISTIK. TIM. JARINGAN. KGMEDIA.ID. SYARAT DAN KETENTUAN. DEFINISI. KETENTUAN Hiduplah keluarga kurang mampu dari Bapak Gito yang mempunyai anak tunggal. Terlihat di ruang tamu Pak Gito sedang berbincang-bincang dengan anaknya. Karyo “Pak…bapak.” Bapak “Ada apa, Le?” Karyo “Bapak punya uang gak, pak?” Bapak “Lah mau buat apa to, Le?” Karyo “Saya mau daftar tentara, pak.” Datanglah ibu sambil membawa minuman untuk Bapak. Ibu “Ada apa to Le, kok serius banget.” Bapak “Ini bu, anake mau daftar tentara.” Ibu “Beneran, Yo? Sudah mantep?” Karyo “Iya bu, kalau ada uangnya.” Bapak “Kalau soal uang, bapak sama ibu usahan, Le.” Malam harinya Pak Gito dan istrinya melanjutkan perbincangan untuk membahas tentang anaknya. Ibu “Pak, gimana anake kita mau cari uang dimana?” Bapak “Gimana ya bu, kita gak punya tabungan.” Ibu “Kalau kita pinjam uang di Bank gimana, pak?” Bapak “Lah minjam di Bank jaminannya apa, bu?” Ibu “Kalau rumah atau sawah gimana, pak? Itu harta yang kita punya.” Bapak “Tapi kalau kita gak bisa bayar gimana, bu?” Ibu “Iya ya pak, kalau gak bisa bayar kita tinggal dimana?” Bapak “Apa kita jual sawah aja, bu?” Ibu “Yasudah pak gak papa, dari pada rumahnya disita.” Bapak “Yasudah besuk coba bapak tawarkan.” Beberapa hari kemudian Pak Gito memberikan uang kepada Karyo untuk mendaftarkan tentara. Bapak “Le, ini uangnya buat dafat tentara.” Karyo “Terima kasih pak, doakan diterima ya pak.” Bapak “Iya Le, wes sana hati-hati.” Setelah diberi uang, Karyo langsung bersiap-siap untuk mendaftar dan menemui salah satu petugas. Karyo “Permisi pak, kalau mau daftar dimana ya? Petugas “Itu masuk aja, dek.” Karyo “Iya pak, terima kasih.” Kemudian Karyo mengikuti tes masuk tentara. Beberapa jam kemudian Petugas memanggil Karyo. Petugas “Karyo…” Karyo Maju kedepan mengambil amplop, kembali ke tepat duduk dan membuka isi amplop “Ya Allah.” Petugas “Sudah dek tidak apa-apa. Masih ada kesempatan lain.” Karyo “Iya Pak” Bergegas meninggalkan ruangan. Dalam perjalanan pulang, Karyo bingung untuk memberitahukan kepada orang tuanya. Karyo pun leangsung bergegas pulang ke rumah. Bapak yang sedang duduk bersantai di ruang tamu, langsung menanyainya. Bapak “Gimana, Le? Diterima to?” Karyo Demgan muka sedih “Mboten pak.” Bapak Kaget “Gimana to, Yo?” Karyo “Lah gimana pak? Karyo sjuga sudah usaha.” Bapak “Sudah tak bela-belakan jual sawah, malah gak diterima.” Karyo “Maafin Karyo pak. Kar…” Bapak “Sudah pokoknya kamu harus ngembalike duite.” Tiba-tiba Ibu datang. Ibu “Sabar…pak…sabar! Istighfar pak.” Bapak “Bapak gak mau tahu. Pokoknya kamu harus ngembalikan uangnya.” Karyo “Iya pak. Karyo janji” pergi ke kamar. Keesokan harinya, Karyo sudah memantapakan dirinya untuk pergi meninggalkan rumah. Dia pun langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya. Karyo “Pak..bu…, Karyo mau bicara.” Ibu “Piye, Le?” Karyo “Karyo mau pamit bu, pergi merntau.” Ibu “Lah mau kemana to, Le?” Karyo “Mau cari kerja bu, buat gantiin uang bapak.” Ibu “Tapi ibu gak bisa kasih pesangon, Le.” Bapak “Sudahlah bu biarkan aja, yang penting kita bisa beli sawah lagi.” Ibu “Pak…jangan kayak gitu to.” Karyo “Tidak apa-apa bu.” Ibu “Beneran, Le? Ya sudah hati-hati. Semoga kamu selamat sampai tujuan.” EPISODE 2 Sampai di perantauan, Karyo bingung karenahanya memiliki uang Rp. 3000,00. Kemudian dia bertemu dengan tukang becak dan bertanya. Karyo “Pak saya mau Tanya, harga sewa becak seharinya berapa ya?” Tukang becak “Rp. 500,00 dek.” Karyo “Kalau saya mau nyewa, dimana ya pak?” Tukang becak “Oh…nanti sekalian saya antar dek.” Akhirnya Karyo dapat menyewa becak dengan harga sewa seharinya. Hari-hari Karyo menjalani pekerjaannya menjadi tukang becak. Malam hari ketika Karyo sedang beristirahat di atas becaknya, dia bergumam. Karyo “Kalau begini caranya, mau sampai kapan aku bisa ngembalikan uang bapak? Untuk sehari-hari saja gak cukup.” Keesokan harinya Karyo mengantar perjalanan Karyo melihat ada sebuah pabrik batako dan disana ada lowongan pekerjaan. Setelah mengantar penumpang. Karyo langsung menuju pabrik batak tersebut dan bertanya. Karyo “Permisi pak.” Tukang “Ya ada apa mas?” Karyo “Saya mau melamar kerja pak.” Tukang “Oh…y asana masuk saja, menemui Pak Bambang.” Karyo menuju ruangan Pak Bambang. Karyo Mengetuk pintu. Pak Bambang “Ya masuk.” Karyo “Permisi pak. Saya mau melamar kerja disini.” Pak Bambang “Oh…ya mas. Besuk langsung kerja ya.” Karyo “Terima kasih pak.” Keesokan harinya Karyo bekerja sebagai tukang batako. Karyo menjalani pekerjaannya dengan semangat. Tiga hari kemudian Karyo merasakan susah payah menjalani pekerjaan itu. Lalu ia memutuskan kembali menjadi tukang becak lagi. Hari berikutnya dia kembali menarik becak. Dia bertemu dengan seorang penumpang yang menawari pekerjaan. Karyo “Mau kemana mbak?” Penumpang “Ke Rumah Sakit Ibnu Sina mas.” Karyo “Oh kerja disitu ya mbak?” sambil mengayuh becaknya. Penumpang “Iya mas. Lah masnya sudah lama kerja jadi tukang becak?” Karyo “Ya…gini lah mbak. Saya sudah lama tapi ingin mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.” Penumpang “Kebutulan mas, di rumah sakit tempat kerja saya ada lowongan jadi tukang kebun.” Karyo “Kebutulan mbak, sekalian nanti saya mau daftar.” Penumpang “Oh iya mas, nanti saya antar.” Sampai di rumah sakit Karyo diantar penumpang tadi menuju tempat HRD. Dia berbicara dengan pimpinannya. Karyo “Permisi bu.” Pimpinan “Ya, ada yang bisa saya bantu?” Karyo “Saya mau melamar jadi tukang kebun disini bu.” Pimpinan “Wah saying sekali mas. Kebetlan barusan sudah ada yang melamar.” Karyo “Ya sudah bu, terima kasih.” Pimpinan “Iya mas.” Keluar dari ruangan Karyo bertemu dengan pegawai Rumah Sakit tadi. Pegawai “Gimana mas, sudah diterima?” Karyo “Wah sudah ada yang melamar mbak.” Pegawai “Saya ada informasi pekerjaan lagi mas, tapi bukan di daerah sini.” Karyo “Dimana mbak?” Pegawai “Di Jakarta jadi office boy.” Karyo “Kalau gitu saya minta alamatnya saja mbak.” Pegawai “Oh iya mas. Ini alamatnya” sambil memberi selembar kertas. PUISICINTA: Puisi Berantai Orang Gila, Tukang Becak, Penjual Oncom. 445 penghianat kumpulan puisi patah hati puisi sakit hati karena cinta puisi cinta .. Contoh Proposal Peringatan Hut Kemerdekaan Ri Ke- 72 _ Tahun 2017Â puisi berantai Contoh Puisi Berantai Lucu Kocak 3 orang untuk Perpisahan Sekolah Puisi berantai ~ Masih ingat Thursday, May 14, 2015 Puisi abang tukang ojek. Pengertian ojek adalah transportasi umum tidak resmi berupa sepeda motor atau sepeda yang umumnya disewakan dengan cara memboncengkan penumpang. Dengan harga yang ditentukan dengan cara tawar menawar dengan sopirnya dahulu setelah itu sang sopir akan mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya. Berkaitan dengan ojek, dibawah ini, puisi berjudul abang tukan ojek, bagaimana puisinya, untuk lebih jelasnya, silahkan disimak saja puisinya berikut ini. Puisi Abang Tukang Ojek Oleh Penyair Kecil Abang tukang ojek berbaris Sandarkan kepastian mengantri menulis Mengeringkan badan tersumbat oleh keringat Sehari tak jalan, nasibmu begitu hitam pekat Roda-rodamu menginspirasi kami Terus berputar setiap tarikan yang kau bawa Untuk sebutir nasi yang kau selalu dinanti Tapi tak selalu sepadan dengan semua, congkak- congkak berdiri menentangnya Nasib-nasib banyak dibully Dari kecil sampai saat ini Kurus mengering disiram sajak-sajak surya Kau masih setia di pengkolan membawa segudang cinta, cerita untuk keluarga Dan tak ada gelisah resah di wajah yang basah Tetap riang mengambang di bawah siang Bukan sendiri kau berjuang Banyak sekali kawan-kawanmu yang berdiri menantang Akan ketimpangan keadilan negeri ini yang teramat bimbang Jakarta 14 Mei 2015 Demikianlah puisi abang tukang ojek. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung. Iya, ini puisi tentang doa seorang tukang becak" Jawab Bu Herlina. "Disalin ya Bu?" Tanya Kiki lagi. "Jangan disalin dulu. Kalian baca terlebih dulu, pahami isinya, kalau ada kata yang tidak dimengerti maksudnya boleh kalian tanyakan." Kata Bu Herlina. "Gampang Bu, isinya kan tukang becak yang sedang meminta atau berdoa kepada Tuhan." Perkara becak kembali menyeruak tatkala Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melontarkan gagasan untuk mengijinkan kembali beroperasinya becak di kota metropolitan Jakarta. Dengan sisa bara kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang belum sepenuhnya padam, tentu saja gagasan ini menuai kontroversi, memunculkan pro-kontra dengan segala variasinya, baik dalam polemik di media massa maupun keriuhan wargamaya di platform media sosial. Becak, sebagai moda transportasi manusia memang sangat terkait dengan perkembangan kota. Di ibukota Jakarta, setidaknya dalam dua dekade terakhir, becak telah dianggap sebagai bagian dari sejarah transportasi masa lalu seiring dengan penerbitan aturan yang melarang becak beroperasi di Jakarta. Pada awal pemberlakuan larangan tersebut, sering terjadi razia becak dan hasil dari razia tersebut ditenggelamkan di Laut Jawa kawasan Kepulauan Seribu dan dimanfaatkan sebagai rumpon, tempat bersarang ikan laut. Razia-razia terhadap becak di Jakarta menjadi pengingat represinya Satpol PP di DKI Jakarta sebagai aparat penjaga keamanan dan ketertiban Jakarta. Iklan Rekaman ingatan tentang kisah becak juga menjadi inspirasi dalam karya seni dan sastra di Indonesia, diekspresikan dalam lagu, film, esai, novel dan puisi. Tentu kita pernah mendengar lagu anak berjudul Naik Becak karya Ibu Sud. Lagu tersebut dengan riang menggambarkan keceriaan tamasya keliling kota dengan transportasi becak. Sebaliknya, film Pengemis dan Tukang Becak besutan sutradara Wim Umboh dan dilanjutkan Lukman Hakim Nain menggambarkan realitas kemiskinan yang terjadi pada masa Orde Baru. Film yang tayang pada tahun 1978 berkisah tentang kejamnya ibukota yang tak ramah pada orang miskin yang direpresentasikan salah satunya oleh tukang becak. Kematian tragis Sukardal, tukang becak yang gantung diri gara-gara becaknya dirampas dalam razia aparat kota Bandung pada tanggal 2 Juli 1986 direkam secara getir dalam esai Catatan Pinggir Goenawan Mohammad berjudul “The Death of Sukardal”. Novelis cum Rohaniwan YB Mangunwijaya juga pernah merekam kisah tukang becak dalam novel “Balada Becak atau Sebuah Riwayat Melodi Yus-Riri” yang terbit pertama kali pada tahun 1985. Novelis yang akrab dipanggil Romo Mangun ini dengan paragraf-paragraf panjang di novel ini menggambarkan realitas kompetisi antara becak dan kolt angkutan umum bersaing di jalan-jalan aspal Yogya. Novel ini juga menggambarkan kisah-kisah seputar tukang becak dan bakul sebayanya, juga tentang kehidupan kampus UGM dan mahasiswanya. Cerpen Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “Setan Becak” yang menjadi salah satu Cerpen Terbaik TEMPO 2016 mungkin adalah karya sastra mutakhir berthema becak. Cerpen ini mengambil latar belakang tahun kegelapan 1966 dimana pembunuhan politik terjadi dan banyak beredar mitos tentang setan berprofesi sebagai pengemudi becak. Di ladang puisi, ada belasan sajak tentang becak dan pengemudinya dituliskan oleh Wiji Thukul pada dekade delapanpuluhan hingga awal sembilanpuluhan. Berbeda dengan penulis lagu Ibu Sud, sutradara Wim Umboh dan Lukman Hakim Nain, esais Goenawan Mohammad dan novelis Romo Mangun yang merekam becak dalam karya-karya mereka dari sudut pandang yang berjarak, maka Wiji Thukul menulis puisi tentang becak dari jarak yang sangat dekat, sebagai anak tukang becak. Dalam antologi puisi Wiji Thukul yang terlengkap “Nyanyian Akar Rumput” setidaknya ada 15 puisi yang menyebut becak di dalam syair-syairnya. Bahkan ada satu puisi berjudul “Nyanyian Abang Becak” yang biasanya dibacakan secara teatrikal oleh Wiji Thukul. Ini memperlihatkan betapa penyair yang hingga saat ini belum diketahui rimbanya sejak tahun 1998, memiliki ikatan emosional yang kuat mengenai becak dan pengemudinya. Puisi pertama Wiji Thukul tentang becak adalah “Nyanyian Abang Becak” yang dituliskan pada tahun 1984. Puisi ini menggambarkan dampak beruntun dari kenaikan BBM. Dampak itu tidak hanya soal harga-harga yang semakin membubung tinggi tetapi juga memicu pertengkaran keluarga. “jika harga minyak mundhak, simbok semakin ajeg berkelahi dengan bapak, Harga minyak mundhak, Lombok-lombok akan mundhak, sandang pangan akan mundhak”. Puisi ini juga ungkapan kemarahan atas kenaikan BBM yang dikatakan sebagai kebijaksanaan. “siapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesak, Seribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simbok” ….. “jika BBM kembali menginjak namun juga masih disebut langkah-langkah kebijaksanaan, maka aku tidak akan lagi memohon pembangunan nasib” Narasi yang sama juga ada dalam bait puisi “Apa Yang Berharga Dari Puisiku” “Apa yang berharga dari puisiku, Kalau bapak bertengkar dengan ibu, Ibu menyalahkan bapak, Padahal becak-becak terdesak oleh bus kota, Kalau bus kota lebih murah, siapa yang salah” Puisi yang berjudul “Sajak Bapak Tua” mendiskripsikan beban berat yang harus ditanggung bapak sebagai pengemudi becak “bapak tua kulitnya coklat dibakar matahari kota jidatnya berlipat-lipat seperti sobekan luka pipinya gosong disapu angin panas tenaganya dikuras di jalan raya siang tadi” Dalam puisi romantis “Jangan Lupa Kekasihku”, ajakan Wiji Thukul kepada perempuan yang dicintainya untuk berterus terang mengenai lingkungan sekeliling, tetangga, teman dan orangtua. Dia pun tak lupa mengungkapkan bahwa orangtuanya adalah pengemudi becak. “jangan lupa, kekasihku Jika kau ditanya siapa mertuamu Jawablah yang menarik becak itu Itu bapakmu, kekasihku” Sebagian besar puisi-puisi Wiji Thukul berkisah tentang kegundahan dan kemarahannya atas pembangunan kota yang serakah dan tak ramah pada tukang becak, seperti dalam bait puisi berjudul “Jalan” “jalan kiri-kanan dilebarkan becak-becak melompong di pinggiran yang jalan kaki, yang digenjot yang jalan bensin, semua ingin jalan” Jauh sebelum diskusi mengenai tata kota dan transportasi yang berkeadilan mengemuka, puisi-puisi Wiji Thukul memaparkan kompetisi tak seimbang antara becak dengan tenaga manusia dan kendaraan bermotor bis kota. Dalam puisi “Sajak Setumbu Nasi Sepanci Sayur” dikisahkan “bus kota merdeka berlaga di jalan raya becak-becak berpeluh melawan jalan raya” Ini juga digambarkan sebagai mimpi buruk yang dibayangkan Wiji Thukul dalam puisi “Sajak Bapak Tua” “di dalam kepalaku bus tingkat itu tiba-tiba berubah jasi ikan kakap raksasa becak-becak jadi ikan teri yang tak berdaya” Seperti di kota-kota lainnya, ruang gerak becak di kota Solo saat itu juga dibatasi atas nama keindahan kota. Dalam puisi “Kepada Ibuku”, Wiji Thukul bercerita kepada ibunya tentang pembangunan dan ketidakadilan “ibu, aku tidak punya data komplet tentang ketidakadilan, hanya mataku terpukau di ingar jalan raya aspalan, kendaraan bikinan jepang, itali, amerika laju, tetapi abang-abang becak disingkirkan oleh kebijaksanaan pembangunan” Dalam puisi “Pemandangan”, Wiji Thukul menemukan aturan baru daerah larangan untuk becak “di pojok ronggowarsito, ada aturan baru becak dilarang terus bus kota turah-turah penumpang!” Puisi “Jalan Slamet Riyadi Solo” juga menuliskan ancaman peminggiran becak “hanya kereta api itu masih hitam legam dan terus mengerang memberi peringatan pak-pak becak yang nekat potong jalan, “hei, hati-hati cepat menepi, ada polisi, banmu digembos lagi nanti!”” Kembali ke wacana yang dilontarkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membolehkan kembali operasi becak di Jakarta yang memicu dugaan bahwa ini adalah kampanye populisme yang penuh agenda politik tampaknya memang bukan hal yang baru. Isu tentang becak bisa menjadi isu politik dan bisa mengemuka menjelang Pemilu. Dalam Pemilihan Gubernur DKI DI tahun 1999 yang masih dipilih oleh DPRD, Rasdullah yang dikenal sebagai pengemudi becak berani mencalonkan diri sebagai kandidat Gubernur meski akhirnya tak masuk nominasi. Di dua kali Pilkada DKI Jakarta yang dipilih secara langsung tahun 2012 dan 2017, masalah becak juga menjadi salah satu kampanye bahkan masuk dalam kontrak politik. Jauh sebelumnya, Wiji Thukul juga merekam mobilisasi tukang becak untuk kepentingan Pemilu. Dalam puisi “Aku Lebih Suka Dagelan” yang berkisah tentang suasana Pemilu 1987 dituliskan “ada juga yang bertengkar padahal rumah mereka bersebelahan penyebabnya hanya karena mereka berbeda tanda gambar ada juga kontestan yang nyogok tukang-tukang becak akibatnya dalam kampanye, banyak yang mencak-mencak”. Tragisnya suara mereka hanya dibutuhkan dalam Pemilu dan tukang becak hanya menunggu janji-janji sampai mereka mati. Kisah tragis ini tergambar dalam puisi “Kuburan Purwoloyo” “disini gali-gali tukang becak orang-orang kampung yang berjasa dalam setiap pemilu terbaring dan keadilan masih saja hanya janji disini kubaca kembali sejarah kita belum berubah!” Ikuti tulisan menarik Wahyu Susilo lainnya di sini.
\n \n \n\n\n \npuisi tentang tukang becak
Puisipertama Wiji Thukul tentang becak adalah "Nyanyian Abang Becak" yang dituliskan pada tahun 1984. Puisi ini menggambarkan dampak beruntun dari kenaikan BBM. Dampak itu tidak hanya soal harga-harga yang semakin membubung tinggi tetapi juga memicu pertengkaran keluarga. "jika harga minyak mundhak, simbok semakin ajeg berkelahi dengan bapak, Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Cerita Singkat Seorang Tukang Becak Assalamu'alaikum Warahmatullahi WabarakatuhSelamat pagi, siang, sore dan kapanpun waktu kalian lagi baca artikel ku hehe.. berjumpa lagi dengan artikel ku. Bagaimana nih kabar dari teman-teman semuanya..? ? Aku berharap semoga kalian dalam keadaan sehat wal afiat, dijauhkan dari segala marabahaya serta selalu dalam lindungan Allah SWT. Pada kesempatan kali ini, melalui artikel ini aku ingin berbagi cerita kepada kalian semua mengenai pengalaman aku bersama dengan orang yang bisa dikatakan kurang mampu namun mereka memiliki semangat yang tinggi untuk terus hidup dan pantang menyerah dengan apapun keadaan yang sedang dilalui. Kali ini aku bersama dengan seorang temanku untuk melakukan observasi lalu menjumpai seorang bapak yang berada di pinggir jalan dengan membawa sepeda yang terdapat kardus bekas dan barang bekas lainnya. Tidak berfikir lama akhirnya aku dengan temanku berniat untuk menghampirinya. Namun belum sampai di hadapan bapak tersebut, aku berunding dengan temanku untuk jadi apa tidak melakukan wawancara dengan beliau. Karena kami juga hanya berdua tanpa adanya laki-laki, pastinya kami takut kalau nanti terjadi apa-apa. Disisi lain kami juga takut kalau bapak tersebut bukanlah orang normal melainkan orang dengan sedikit gangguan jiwa. Jika di bilang gangguan jiwa juga belum tentu benar sepenuhnya karena tidak ada hal yang menunjukkan hal tersebut. Maaf sebelumnya ya teman-teman, kami disini bukan bermaksud untuk su'udzon terhadap orang lain. Kami disini hanya lebih berhati-hati terhadap orang yang belum kami kenal sebelumnya. Dan akhirnya kami memutuskan untuk mencari orang lain yang lebih meyakinkan untuk di ajak berbicara. Di sepanjang jalan yang telah kita lalui, kita belum menemukan orang yang tepat. Dan setelah kita muter-muter di jalan, akhirnya kita menemukan seseorang yang cocok untuk di ajak bertukar cerita yang pastinya hal tersebut sangat menginspirasi buatku dan aku juga berharap hal ini menginspirasi teman-teman semuanya. Ternyata bukan suatu hal yang mudah untuk menemukan seseorang yang tepat dalam artian seseorang yang pantas karena pada saat itu kami juga sedang memberikan sedikit santunan kepada orang yang lebih membutuhkan. Dan hal itu juga kami lakukan sebagai ucapan rasa syukur kepada sang pencipta atas semua karunia dan nikmat yang telah diberikan kepada kami, sehingga dapat mengingatkan kami untuk selalu bersyukur karena diluar sana masih banyak orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan kami. Okeyy teman-teman lanjut aku mau menceritakan tentang bapak yang berprofesi sebagai tukang becak tersebut. Sedikit aku akan menjelaskan kepada kalian semua, Bapak tersebut bernama Suparno yang bertempat tinggal di Wajak, Malang, Jawa Timur. Beliau tinggal bersama dengan istrinya yang bernama Wini. Beliau dan istri dikaruniai 7 orang anak yang kini sudah berumah tangga semuanya dan tidak tinggal bersama Bapak Suparno. Istri dari Bapak Suparno kini hanya berprofesi sebagai IRT Ibu Rumah Tangga .Dari tahun 1970 beliau sudah memulai untuk bekerja sebagai tukang becak hingga sekarang ini umur beliau 80 tahun. Dapat disimpulkan bahwasannya Bapak Suparno sudah menjadi tukang becak sekitar 52 tahun. Sudah lama banget ternyata ya teman-teman... Aku yakin sih ini semua bukanlah suatu pilihan yang beliau mau, karena pada waktu itu Bapak Suparno juga menjelaskan bahwasannya dulu itu sangat minim tempat pendidikan dan juga terkendala biaya untuk menuntut ilmu. Bapak Suparno juga menjelaskan bahwasannya kini sudah ada peningkatan karena dulu beliau mencari rezeki sebagai tukang becak sepeda kini sudah memiliki becak motor. Beliau ganti menggunakan becak motor karena juga faktor usia. Dengan usia yang kini 80 tahun, beliau sudah tidak kuat apabila menggunakan becak sepeda. Jika dijabarkan mengenai riwayat pendidikannya, pada tahun 1950 beliau dulu pernah belajar di Sekolah Rakyat. Menurut yang beliau jelaskan bahwasannya SR Sekolah Rakyat tersebut setara dengan SD Sekolah Dasar . Namun dalam paparan yang beliau jelaskan, SR ini berbeda dengan SD karena pada waktu itu sekitar tahun 1960 baru dibangun menjelaskan sedikit tentang anak-anaknya, bahwasannya mereka rata-rata hanya sanggup menempuh pendidikan sampai tingkat SMP saja. Dan diantara 7 orang anaknya tersebut, ada yang kini menjadi sopir dan pekerjaan lainnya. Beliau sangat bersyukur bahwasannya kini anak-anaknya mendapat pekerjaan yang layak dan tidak menjadi pengangguran. Setidaknya anak-anaknya tersebut dapat mencukupi kebutuhan keseharian dari masing-masing Suparno ini berangkat dari rumahnya di Wajak untuk mencari nafkah dengan mengendarai becak motornya pada pukul 9 pagi dan pulang hingga menjelang malam. Beliau juga menjelaskan bahwasannya penghasilan yang diperoleh dari profesi sebagai tukang becak tersebut tidak dapat dipastikan dalam seharinya dapat uang seberapa. Bahkan dalam sehari beliau juga pernah memperoleh penghasilan hanya sebesar 50 ribu rupiah saja. Beliau juga tidak hanya mangkal dalam satu tempat, namun sering berpindah-pindah untuk mendapatkan penumpang. Dan mengenai upah yang diberikan oleh penumpang tidak mesti juga harus seberapa, karena beliau mengukur berdasarkan jauh atau dekatnya tujuan dari penumpang. Kalau misalkan tempatnya jauh beliau bisa mendapatkan upah yang banyak begitupun sebaliknya. Dan apabila penumpang tersebut membawa barang bawaan yang banyak itu juga akan mempengaruhi harga yang diberikan oleh Bapak Suparno. Sedikit cerita yang dapat aku bagikan kepada kalian semua, apabila ada suatu kesalahan dalam penulisan kata dari aku pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya ya teman-teman..Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Lihat Diary Selengkapnya

Bukuini berisi 136 puisi yang dibagi atas lima buku atau lima kumpulan puisi. Buku 1: Lingkungan Kita Si Mulut Besar berisi 46 puisi.. Buku 2: Ketika Rakyat Pergi berisi 17 puisi. Buku 3: Darman dan Lain-lain berisi 16 puisi. Buku 4: Puisi Pelo berisi 29 puisi. Dan Buku 5: Baju Loak Sobek Pundaknya berisi 28 puisi.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption caption="sumber menyengat,Memanggang legam kulit Yang berkerinyut penuh kerut Melukis gurat kerasnya peradaban Sepasang kaki tanpa sandal, menantang panasnya aspal... Ah .... tubuh berpeluh ini Bukanlah nestapa ... Terbayang di pelupuk mataTentang harap anak istri ,Demi seperiuk nasi Sepasang betis kekar ,Mengayuh ...sekuat tenagaBerlomba menghindar kejaran Pamong Praja Ah ....penguasa-penguasa...!!!Mengapa mengapa kau tega ?Mengapa kau tega bersekutu dengan nasib ? Nasib yang kian menghimpit , dan penguasa berhati sempit ...Sepasang betis berpacu kencang ,Mengayuh ,,,tanpa peduli peluh ....Menghindar , bersembunyi dilorong kehidupanMenghindari kejaran Pamong Praja Dan bertekuk dilutut sang nasib..Dalam bisik lirih " Maaf istriku,hari ini periuk kita tak ada nasi" Jakarta, 16 Febuari 2016By Annie Moengiel Lihat Puisi Selengkapnya Pamekasan(ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membagikan Bendera Merah Putih dan paket sembako kepada tukang becak di Kabupaten Pamekasan pada Sabtu. "Ini benderanya Pak. Setibanya di rumah langsung dipasang ya," kata Gubernur saat memberikan bendera kepada tukang becak di halaman Kantor Bakorwil IV Pamekasan. Nyanyian Abang Becakjika harga minyak mundhak simbok semakin ajegberkelahi sama bapakharga minyak mundhak lombok-lombok akan mundhaksandang pangan akan mundhakmaka terpaksa tukang-tukang lebonlintah darat bank plecit tukang kreditharus dilayanisiapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakinmendesak, seribu lima ratus uang belanjatertinggi dari bapak untuk simbok, siapa bisamencukupi sedangkan kebutuhan hidup semakin mendesakmaka simbok pun mencak-mencak"pak-pak anak kita kebacut metu papat lho!bayaran sekolahnya anak-anak nunggak lho!si Penceng muntah ngising, perutku malah sudahisi lagi dan suk Selasa Pon ana sumbangan manehsi Sebloh dadi manten!"jika BBM kembali menginjaknamun juga masih disebut langkah-langkah kebijaksanaanmaka aku tidak akan lagi memohon pembangunan nasibkepadamu duh Pangeran duh Gustisebab nasib adalah permainan kekuasaanlampu butuh menyala, menyala butuh minyakperut butuh kenyang, kenyang butuh diisinamun bapak cuma abang becak!maka apabila becak pusaka keluarga pulang tanpa membawa uangsimbok akan kembali mengajak berkelahi 1984Analisis PuisiBeberapa hal yang menarik dari puisi "Nyanyian Abang Becak" karya Wiji Thukul adalahKritik Sosial Puisi ini mengkritik kondisi sosial yang sulit dan penuh tekanan, terutama terkait dengan kenaikan harga minyak. Puisi menggambarkan pertempuran antara "simbok" istri dengan "bapak" suami dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan hidup. Hal ini mencerminkan ketidakpuasan dan kekesalan terhadap pemerintah atau kebijakan ekonomi yang tidak menguntungkan Hidup Sehari-hari Puisi ini menggambarkan kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kebutuhan dan tekanan ekonomi. Hal ini terlihat dalam penggambaran kebutuhan yang harus dipenuhi seperti belanja, bayaran sekolah, dan kebutuhan makan. Puisi ini mengangkat tema kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari yang dihadapi oleh Kekuasaan Puisi ini menyoroti permainan kekuasaan yang mempengaruhi nasib dan kehidupan orang-orang biasa. Penggunaan kata "nasib adalah permainan kekuasaan" menunjukkan bahwa nasib dan kesejahteraan masyarakat banyak ditentukan oleh kebijakan dan tindakan Abang Becak Puisi ini memberikan suara kepada abang becak sebagai simbol pekerja keras yang terpinggirkan dalam masyarakat. Abang becak digambarkan sebagai seseorang yang bekerja keras namun tidak dihargai secara ekonomi. Hal ini menunjukkan ketidakadilan sosial dan perlunya perhatian terhadap mereka yang bergantung pada pekerjaan seperti abang ini mencerminkan keprihatinan sosial dan kritik terhadap ketidakadilan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan penggambaran yang tajam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi sosial yang sulit dan pentingnya kesadaran terhadap kebutuhan dan penderitaan orang Nyanyian Abang BecakKarya Wiji ThukulBiodata Wiji ThukulWiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus asli Wiji Thukul adalah Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer. Becaksaya tak akan mogok, Tuan. Tak pula butuh listrik, Tuan. Lalu akinya mana? Tukang becak itu menunjukann foto kumal dari sakunya Fotonya bergambar seorang bapak di kirinya ada becak. Di kursi becaknya itu ada lima anak kecil Di kanannya seorang ibu tersenyum. Listrik (4) Electricity bahasa Inggrisnya Mungkin jika Yesus masih di dunia ini
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption caption="puisi becak, puisi lucu, puisi nyeleneh, puisi wong cilik, puisi edan, puisi sableng, puisi gendeng, puisi kentir, puisi gelo, puisi setress, puisi hereuy"][/caption]Puisi Tukang Becak Angin semilir menerpa wajahku Mengantarkan penumpang yang terkantuk-kantuk ke arah yang dituju Merayap perlahan menghabiskan sejumlah waktu Naik becak memang santai meski kadang memang terlalu Disini ketiduran sudah jadi hal yang tak lagi tabu Aku seorang tukang becak Mengandalkan kaki yang sekuat badak Mampu membawa dirimu ke tempat yang kamu mau tanpa ada kata istirahat sejenak Selama masih rasional dan kamu bayar serta ga pake nunggak Soal biaya itu tergantung nego dan juga jarak Ada juga yang waktu itu sewa sampai ke luar kota, tentu saja yang itu bikin kakiku sampai bengkakWaktu mendengar becak dilarang beroperasi di Jakarta Mataku langsung berkaca-kaca Hatiku sedih tak bisa diungkapkan dengan kata-kata Meski begitu aku tetap berangkat kerja Tentu saja narik becak ga bisa lagi bebas seperti biasa Ini aku kerja pake model gerilya Alias kucing-kucingan dengan para penjagaAku ga mengerti mengapa becak dilarang, padahal ini moda angkutan yang bebas polusi udara Ga juga menyebabkan kebisingan karena ini ga pake motor sebagai tenaga Nah dari situlah katanya aturan ini tercipta Jalannya yang lambat bikin tambah macet jalanan ibukota Apalagi tukang becak-tukang becak yang udah uzur dan sudah tua Eh belum tau kamu kecepatan kita kalau lagi dikejar petugas saat raziaBiasa nongkrong di sekolahan Pas jam anak pulang sekolah yang penuh hiruk pikuk dan keramaian Kadang juga nongkrong di pasar yang seringkali becek meski ga hujan Nunggu ibu-ibu yang belanja kebutuhan harian Yang kalo namanya ibu-ibu udah belanja, barang-barangnya memang banyak ga karuan Kalau udah gitu biasanya aku minta biaya tambahan Di suatu hari kalau kamu liat becakku nongkrong di atas jembatan Dan akunya ga ada di atas becak, jangan dicari dan coba-coba kamu ketemukan Soalnya aku lagi ada di bawah, lagi konsentrasi dapat panggilan to be continued... 1 2 Lihat Fiksiana Selengkapnya
Puisiabang tukang ojek tentang transportasi becak anak sekolah naik kendaraan becakku mengapa terbaik rodamu menginspirasi kami Terus berputar setiap tarikan sebutir nasi yang kau selalu dinanti. Demikianlah puisi abang tukang ojek. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat
Puisi Wiji Thukul –Kumpulan puisi Wiji Thukul merupakan Puisi-puisi yang menggambarkan kritik sosial. Puisi tentang buruh, cinta, tanah air. Wiji Thukul menjadi orang yang lantang bersuara sekalipun banyak usaha untuk membungkamnya. Saja-sajak penuh kejujuran yang MASIH UTUH DAN KATA-KATA BELUM BINASA .Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa18 Juni 1997aku bukan artis pembuat beritatapi aku memang selalu kabar buruk buatpenguasapuisiku bukan puisitapi kata-kata gelapyang berkeringat dan berdesakanmencari jalania tak mati-matimeski bola mataku digantiia tak mati-matimeski bercerai dengan rumahditusuk-tusuk sepiia tak mati-matitelah kubayar yang dia mintaumur-tenaga-lukakata-kata itu selalu menagihpadaku ia selalu berkatakau masih hidupaku memang masih utuhdan kata-kata belum binasa AKU LEBIH SUKA DAGELAN Aku Lebih Suka Dagelan1987di radio aku mendengar beritakatanya partisipasi politik rakyat kita sangat menggembirakantapi kudengar dari mulut seorang kawankudia diinterogasi dipanggil gurunyakarena ikut kampanye PDIdan di kampungku ibu RTtak mau menegor sapa warganyahanya karena ia Golkarada juga yang saling bertengkarpadahal rumah mereka bersebelahanpenyebabnya hanya karena mereka berbeda tanda gambarada juga kontestan yang nyogoktukang-tukang becakakibatnya dalam kampanye banyakyang mencak-mencakdi radio aku mendengar berita-beritatapi aku jadi muak karena isinyakebohongan yang tak mengatakan kenyataanuntunglah warta berita segera bubaracara yang kutunggu-tunggu datang dagelan! APA GUNAApa GunaApa gunanya punya ilmu tinggiKalau hanya untuk mengibuliApa gunanya banyak baca bukuKalau mulut kau bungkam meluluDi mana-mana moncong senjataberdiri gagahkongkalikongDengan kaum cukongDi desa-desa rakyat dipaksaMenjual tanahTapi, tapi, tapi, tapiDengan harga murahApa gunanya punya ilmu tinggiKalau hanya untuk mengibuliApa gunanya banyak baca bukuKalau mulut kau bungkam melulu BAJU LOAK SOBEK PUNDAKNYA Baju Loak Sobek Pundaknya22 Januari 1996siang tadi aku beli bajuharganya murahharganya murah bojokudi pedagang loakdi pedagang loak bojokupundaknya sedikit sobeksedikit sobek bojokubisa dijahit tapinanti akan kubeli benangakan kubeli jarumuntuk menjahit bajumu bojokuuntukmu bojokubaju untuk untukmutadi siang kucuci baju itukucuci bojokutapi aku bimbangaku bimbang bojokukutitip ke kawanatau kubawa sendirinanti kalau aku pulangkalau aku pulang bojokukarena sekarang aku burondiburu penguasakarena aku beroganisasikarena aku berorganisasi bojokubaju itu kulipat bojokudi bawah bantaltak ada setrika bojokutak ada setrikaagar tak lusuhagar tak lusuhkarena baju ini untukmu bojoku BALADA PELURU Balada Pelurudi mana moncong senapan itu?aku pengin meledak sekaligus jadi pelurumencari jidatmu mengarah mampusmuakan kulihat nyawamu yang terbangdan kukejar-kejar dengan nyawaku sendiriagar tahu rumahmuaku rela bunuh diritentu saja setelah tahu ke mana pulangmutetapi peluru yang mencari jidatmu ituhanya ketemu matamu yang menyihirsim salabimkembali kau pada wujudmu asli!dan memang tidak akan pernah ada yang kanmembawakansenapanuntukkuapalagijidatmimpi indah kali inimimpi indah kali inimengapa kekal? BUNGA DAN TEMBOK Bunga dan TembokSeumpama bungaKami adalah bunga yang takKau hendaki tumbuhEngkau lebih suka membangunRumah dan merampas tanahSeumpama bungaKami adalah bunga yang takKau kehendaki adanyaEngkau lebih suka membangunJalan raya dan pagar besi Seumpama bungaKami adalah bunga yangDirontokkan di bumi kami sendiri BURUNG DARA PAGI TERBANG Burung Dara Pagi Terbangburung dara pagi terbangpulang sarang rembang petangtidur mendengkur tiada beban di matapada ketakpastian musimburung dara pagi terbangtiada cemas di matapada matahari yang tergelincirtidur malam tanpa mimpi burukpunyaku hanya gemabernama luka dan kenanganpagi berangkat kerjasore tertegun, bintang di kamarkumengganti angka-angka kalender BUSUK Busuk17 November 1996derita sudah matang, bungbahkan busuktetap ditelan? CATATAN SURAM Catatan Suram1987kucing hitam jalan pelanmeloncat turun dari ataptiga orang muncul dalam gelapsembunyi menggenggam besikucing hitam jalan pelan-pelandiikuti bayang-bayangketika sampai di mulut gangtiga orang menggerammelepaskan pukulanbulan disaput awan meremangsaksikan perayaan kemiskinandaging kucing pindahke perut orang! CERITAKANLAH INI KEPADA SIAPAPUN Ceritakanlah Ini Kepada SiapapunSolo, 30 Agustus 1991panas campur debuterbawa angin ke mana-manakoran hari ini memberitakankedungombo menyusut kekeringankorban pembangunan dammuncul kembali ke permukaantanah-tanah bengkahpohon-pohon besar malang-melintangmakam-makam bangkit dari ingatanmereka yang dulu diamkali inicerita itu siapa akan membantahdasar waduk ini dulu dusun rumah-rumahwaktu juga yang menyingkapretorika penguasawalau senjata ditodongkan kepadamuwalau sepatu di atas kepalamudi atas kepalakudi atas kepala kitaceritakanlah ini kepada siapa punsebab cerita ini belum tamat DALAM KAMAR 6 X 7 METER Dalam Kamar 6 X 7 Metermimpi-mimpi bagusku kubunuh dengan kenyataantinggal tubuh kurus kering dan cericit tikusketika kuterbaring tidur di tikar dan bantalyang banyak bangsatnyatak seluruh mimpi-mimpi itu sirnatersisa juga yang sederhanaalangkah bahagia aku andai sudah bisa beliminyak tanah dan menyalakan lampu teploklalu membaca buku sampai malam larut dan menulisdan masak supermi ketika laparalangkah bahagia aku andai sudah bisa menggaji ibumembeli baju baru bagi adik-adik ketika lebaranrokok buat bapak dan lain-lainlapar memang memalukan!tiba-tiba aku mendengar jutaan nyawa saudarakuyang karena lapar menjadi copet, lonte, dan gelandangantiba-tiba aku merasa lebih kaya tinimbang merekarumah punya, nyewa tak apamakan bisa utang kiri-kananminum tersedia air sumur umumjustru hari inilahketika aku lapar sendiri dalam kamar 6 x 7 meterdi sini iniaku bersyukur masih sempat menulis puisi DERITA SUDAH NAIK SELEHER Derita Sudah Naik Seleher17 November 96kaulempar aku dalam gelaphingga hidupku menjadi gelapkausiksa aku sangat kerashingga aku makin mengeraskaupaksa aku terus menunduktapi keputusan tambah tegakdarah sudah kauteteskandari bibirkuluka sudah kaubilurkanke sekujur tubuhkucahaya sudah kaurampasdari biji matakuderita sudah naik seleherkaumenindassampaidi luar batas DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU Di Bawah Selimut Kedamaian Palsujangan terus tindas rakyat yang membisujika demikian..kau seperti membangun bendungan yang bakal jebolarus menggasakhingga tamatlah kekuasaanmujangan jadikan rumahmu gudang penuh-barang mewah dan timbunan bahan makananjangan sanak familimu kaya karena bintang bintang pangkatjika demikian..kau telah melahirkan musuh bagi anak cucumujanganlah rampas tanah rakyatjangan abaikan kepentingannyasebab tanah adalah bumi tempat ibadah kepada tuhannyatempat memuliakan dirinya dengan kerjajika itu kau lakukan..berarti telah kau tabur sendiriiman kekacauan di negeri inijangan redam pikiran rakyat dengan paksajangan coba membuat ketentraman dengan penuh dengan ancamanjika demikian..berarti kau telah menggugahraksasa yang tidur di bawahselimut kedamaian palsumaka pada saat itulahsejarah kembali akan membacakankisah kisah tirani Yang Harus Diturunkan! HARI INI AKU AKAN BERSIUL-SIUL Hari Ini Aku akan Bersiul-siul10 November 1996pada hari coblosan nantiaku akan masuk ke dapurakan kujumlah gelas dan sendokkuapakah jumlahnya bertambahsetelah pemilu bubar?pemilu oo.. pilu pilubila hari coblosan tiba nantiaku tak akan pergi kemana-manaaku ingin di rumah sajamengisi jambanganatau mananak nasipemilu oo.. pilu pilunanti akan kuceritakan kepadamuapakah jadi penuh karung berasminyak tanahgulaatau bumbu masaksetelah suaramu dihitungdan pesta demokrasi dinyatakan selesainanti akan kuceritakan kepadamupemilu oo.. pilu pilubila tiba harinyahari coblosanaku tak akan ikut berbondong-bondongke tempat pemungutan suaraaku tidak akan datangaku tidak akan menyerahkan suarakuaku tidak akan ikutan masukke dalam kotak suara itupemilu oo.. pilu piluaku akan bersiul-siulmemproklamasikan kemerdekaankuaku akan mandidan bernyanyi sekeras-kerasnyapemilu oo.. pilu piluhari itu aku akan mengibarkan hakkutinggi tinggiakan kurayakan dengan nasi hangatsambel bawang dan ikan asinpemilu oo.. pilu pilusambel bawang dan ikan asin ISTIRAHATLAH KATA-KATA Istirahatlah Kata-Kataistirahatlah kata-katajangan menyembur-nyemburorang-orang bisukembalilah ke dalam rahimsegala tangis dan kebusukandalam sunyi yang meringistempat orang-orang mengikarimenahan ucapannya sendiritidurlah, kata-katakita bangkit nantimenghimpun tuntutan-tuntutanyang miskin papa dan dihancurkannanti kita akan mengucapkanbersama tindakanbikin perhitungantak bisa lagi ditahan-tahan JAM JamAngke, 9 maret 1983tak usah terkejut punputar jarum jam akan merajutmukisah lama yang selalu bisumenabur belantara pertanyaan baru JALAN Jalan22 November 1990aspal leleh tengah harisilau aku oleh sinar mataharigedung-gedung baru berdiriarsitektur lama satu-satu hilangdimakan pembangunanjalan kiri kanan dilebarkanbecak-becak melompong di pinggiranyang jalan kakiyang digenjotyang jalan bensinsemua ingin jalan JALAN SLAMET RIYADI SOLO Jalan Slamet Riyadi SoloSolo, Mei-Juni 1991dulu kanan dan kiri jalan inipohon-pohon asam besar melulusaban lebaran dengan teman sekampungjalan berombonganke taman sriwedari nonton gajahbanyak yang berubah kiniada holland bakeryada diskotik ada taksigajahnya juga sudah dipindahloteng-loteng arsitektur cinakepangkas jadi gedung tegak lurushanya kereta api itumasih hitam legamdan terus mengerangmemberi peringatan pak-pak becakyang nekat potong jalan“hei hati haticepat menepi ada polisibanmu digembos lagi nanti!” KUCING, IKAN ASIN DAN AKU Kucing, Ikan Asin dan Aku14 Oktober 1996seekor kucing kurusmenggondol ikan asinlaukku untuk siang iniaku meloncatkuraih pisaubiar kubacok diabiar mampus!ia tak laritapi mendongakmenatapkutajammendadaklunglai tanganku-aku melihat diriku sendirilalu kami berbagikuberi ia kepalanyabatal nyawa melayangaku hidupia hidupkami sama-sama makan LAGU PERSETUBUHAN Lagu Persetubuhankalau angka aku pun angka tak genaptapi satu mana lengkap tanpa yang pecahmaka aku pun rela jadi sepersekian dari keutuhanmusebab tak lengkap engkau tanpa akusebab tak sempurna engkau tanpa manusiakalau angka aku pun angka tak genapmaka kulengkapi matamu dengan cahayakausempurnakan cahaya dalam apikau merah, aku panas, kau panas, aku merahterbakar membakar sepanjang adanya manusiakalau angka aku pun angka tak genapmelengkapimudemikian, kita bersetubuh dalam udarabukahkah begitu, tuhan?MANDIMandisebelum datangdi ladang jagung di rumput airnyakatak-katak masih serempaktelanjang bulat mandi di sumberkatak-katak berhenti sama sekalisaya mengganggu sunyi?saya merindukan yang ramaiditikam kanan-kiriinti suara sang sunyiJika kami bungaEngkau adalah tembok ituTapi di tubuh tembok ituTelah kami sebar biji-bijiSuatu saat kami akan tumbuh bersamaDengan keyakinan engkau harus hancur!Dalam keyakinan kamiDi manapun – tirani harus tumbang! NYANYIAN ABANG BECAK Nyanyian Abang BecakSolo, 1984jika harga minyak mundhaksimbok makin ajeg berkelahi sama bapakharga minyak mundhak, lombok-lombok akan mundhaksandang pangan akan mundhakmaka terpaksa tukang-tukang lebon,lintah darat, bank plecit, tukang kredit harus dilayanisiapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesakseribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simboksiapa bisa mencukupisedangkan kebutuhan hidup semakin mendesakmaka simbok pun mencak-mencak“pak, pak, anak kita kebacut metu papat lho!”“bayaran sekolahnya anak-anak nunggak lho!”“si penceng muntah-ngising, perutku malah sudah isi lagidan suk selasa pon ana sumbangan maneh si sebloh dadi manten!”jika bbm kembali menginjaknamun masih juga belum disebut langkah-langkah kebijaksanaanmaka aku tidak akan lagi memohon pembangunannasibkepadamu, duh pangeran, duh gustisebab nasib adalah permainan kekuasaanlampu butuh menyala, menyala butuh minyakperut butuh kenyang, kenyang butuh diisinamun bapak cuma abang becak!maka apabila becak pusaka keluarga pulang tanpa membawa uangsimbok akan kembali mengajak berkelahi bapak. MONUMEN BAMBU RUNCING Monumen Bambu RuncingSemarang, 1 Maret 1986monumen bambu runcingdi tengah kotamenuding dan berteriak merdekadi kakinya tak jemu jugapedagang kaki lima berderet-deretwalau berulang-ulangdihalau petugas ketertiban NYANYIAN AKAR RUMPUT Nyanyian Akar RumputJuli 1988jalan raya dilebarkankami terusirmendirikan kampungdigusurkami pindah-pindahmenempel di tembok-tembokdicabutterbuangkami rumputbutuh tanahdengar!Ayo gabung ke kamiBiar jadi mimpi buruk presiden! MENDONGKEL ORANG-ORANG PINTAR Mendongkel Orang-Orang Pintar8 September 1993kudongkel keluarorang-orang pintardari dalam kepalakuaku tak tergetar lagioleh mulut-mulut orang pintaryang bersemangat ketika berbicaradunia bergerak bukan karena omonganpara pembicara dalam ruang seminaryang ucapannya dimuatdi halaman surat kabarmungkin pembaca terkagum-kagumtapi dunia tak bergeraksetelah surat kabar itu dilipat MERONTOKKAN PIDATO Merontokkan Pidato11 September 1996bermingu-minggu ratusan jamaku dipaksaakrab dengan sudut-sudut kamarlobang-lobang udaralalat semut dan kecoatapi catatlahmereka gagal memaksakuaku tak akan mengakui kesalahankukarena berpikir merdeka bukanlah kesalahanbukan dosa bukan aib bukan cacatyang harus disembunyikankubaca korankucari apa yang tidak tertuliskutonton televisikulihat apa yang tidak diperlihatkankukibas-kibaskan pidatomu itudalam kepalaku hingga rontokmaka terang benderanglahucapan penguasa selalu dibenarkanlaras senapan!tapi dengarlahaku tak akan minta ampunpada kemerdekaan iniNONTON HARGANonton Harga18 November 1996ayo keluar keliling kotatak perlu ongkos tak perlu biayamasuk toko perbelanjaan tingkat limatak beli tak apalihat-lihat sajakalau pingin durianapel-pisang-rambutan-anggurayo..kita bisa mencium baunyamengumbar hidung cuma-cumatak perlu ongkos tak perlu biayadi kota kitabuah macam apaasal mana sajaadakalau pingin lihat orang cantikdi kota kita banyak gedung bioskopkita bisa nonton posternyaatau ke diskotikdi depan pintukau boleh mengumbar telinga cuma-cumamendengarkan detak musikdenting botollengking dan tawabisa juga kau nikmatiaroma minyak wangi luar negericuma-cumaaromanya sajaayo..kita keliling kotahari ini ada peresmian hotel baruberbintang limadibuka pejabat tinggidihadiri artis-artis ternama ibukotalihatmobil para tamu berderet-deretsatu kilometer panjangnyakota kita memang makin megah dan kayatapi hari sudah malamayo kita pulangke rumah kontrakansebelum kehabisan kendaraanayo kita pulangke rumah kontrakantidur berderet-deretseperti ikan tangkapansiap dijual di pelelanganbesok pagikita ke pabrikkembali bekerjasarapan nasi bungkusngutangseperti biasa P E N Y A I R P e n y a i r19 Januari 1988jika tak ada mesin ketikaku akan menulis dengan tanganjika tak ada tinta hitamaku akan menulis dengan arangjika tak ada kertasaku akan menulis pada dindingjika aku menulis dilarangaku akan menulis dengantetes darah!sarang jagat teater PERINGATAN Peringatanjika rakyat pergiketika penguasa pidatokita harus hati-hatibarangkali mereka putus asakalau rakyat bersembunyidan berbisik-bisikketika membicarakan masalahnya sendiripenguasa harus waspada dan belajar mendengarbila rakyat berani mengeluhitu artinya sudah gasatdan bila omongan penguasatidak boleh dibantahkebenaran pasti terancamapabila usul ditolak tanpa ditimbangsuara dibungkam kritik dilarang tanpa alasandituduh subversif dan mengganggu keamananmaka hanya ada satu kata lawan! PUISI MENOLAK PATUH Puisi Menolak Patuh17 Januari 1997walau penguasa menyatakan keadaan daruratdan memberlakukan jam malamkegembiraanku tak akan berubahseperti kupu-kupusayapnya tetap indahmeski air kali keruhpertarungan para jendraltak ada sangkut pautnyadengan kebahagiaankuseperti cuaca yang kacauhujan angin kencang serta terik panastidak akan mempersempit atau memperluas langitlapar tetap lapartentara di jalan-jalan rayapidato kenegaraan atau siaran pemerintahtentang kenaikkan pendapatan rakyattidak akan mengubah lapardan terbitnya kata-kata dalam dirikutak bisa dicegahbagaimana kau akan membungkamku?penjara sekalipuntak bakal mampumendidikku jadi patuh PUISI SI BUTA Puisi Si Butasemenjak pagi bangunmataku terbuka sibuk menyiapkan mimpisemenjak matahari bangkit sampai hari inihidupku tidur dan menguap dan bangkit terkejutdi dalam cermin kulihat tangankumasih meraih selimut dansukmaku tak berkakiberjalan tak pernah tibadi wilayah bebas waktu sukmaku terbanting!dalam hening kugapai pedang tapi tak ada!untuk memorak lensa mataku yang dua biji iniyang selalu terbuka dan manipuberi-berilah aku ketajaman untuk membutakan matakuyang dua ini betapa pun bagaimana ingin terjagasebelum pagi berganti pagi lagi. PUISI SIKAP Puisi Sikap24 Januari 1997maunya mulutmu bicara terustapi telingamu tak mau mendengarmaumu aku ini jadi pendengar terusbisukamu memang punya tanktapi salah besar kamukalau karena ituaku lantas manutandai benarada kehidupan lagi nantisetelah kehidupan inimaka akan kuceritakan kepada semua mahklukbahwa sepanjang umurku dulutelah kuletakkan rasa takut itu di tumitkudan kuhabiskan hidupkuuntuk menentangmuhei penguasa zalim PUISI UNTUK ADIK Puisi untuk AdikSolo 25 Mei 1987apakah nasib kita akan terus sepertisepeda rongsokan karatan itu?o… tidak, dik!kita akan terus melawanwaktu yang bijak bestarikan sudah mengajari kitabagaimana menghadapi deritakitalah yang akan memberi senyumkepada masa depanjangan menyerahkan diri kepada ketakutankita akan terus bergulatapakah nasib kita akan terus sepertisepeda rongsokan karatan itu?o… tidak, dik!kita harus membaca lagiagar bisa menuliskan isi kepaladan memahami dunia PULANGLAH NANG Pulanglah NangSolo, September 1986pulanglah nangjangan dolanan sama si kuncungsi kuncung memang nakalnanti bajumu kotor lagidisirami air selokanpulanglah nangnanti kamu manangis lagijangan dolanan sama anaknya pak kertosi bejo memang mbelingkukunya hitam panjang-panjangkalau makan tidak cuci tangannanti kamu ketularan cacinganpulanglah nangkamu kan punya mobil-mobilankapal terbang bikinan taiwansenapan atom bikinan jepangkamu kan punya robot yang bisa jalan sendiripulanglah nangnanti kamu digebugi mamimu lagikamu pasti belum tidur siangpulanglah nangjangan dolanan sama anaknya mbok sukiyemmbok sukiyem memang keterlaluansi slamet sudah besar tapi belum disekolahkanpulanglah nangpasti papimu marah lagikamu pasti belum bikin PRbelajar yang rajinbiar nanti jadi dokter SAJAK BAGONG Sajak Bagongbagong namanyatantanglah berkelahikepalamu pasti dikepruk batubawalah whiskybahumu pasti ditepuk-tepuk gembiraajaklah omongtapi jangan khotbahia akan kentutbagong namanyamalam begadangsubuh tidur bangun siangsore parkir untuk makanawas jangan ngebut di depan matanyaengkau bisa dipukulilalu ditinggal pergiya, ya.. bagong namanyapemilu kemarin besar jasanyabagong ya bangongtapi bagong sudah matipada suatu pagimayatnya ditemukan orangdi tepi rel kereta apisetahun yang laluya, ya.. setahun yang lalu SAJAK BAPAK TUA Sajak Bapak TuaSolo, Juni 1987bapak tuakulitnya coklat dibakar matahari kotajidatnya berlipat-lipat seperti sobekan lukapipinya gosong disapu angin panastenaganya dikurasdi jalan raya siang tadisekarang bapak mendengkurdan ketika bayangan esok pagi datangdi dalam kepalakubis tingkat itu tiba-tiba berubahjadi ikan kakap raksasabecak-becak jadi ikan teriyang tak berdaya SAJAK IBU Sajak IbuSolo, 1986ibu pernah mengusirku minggat dari rumahtetapi menangis ketika aku susahibu tak bisa memejamkan matabila adikku tak bisa tidur karena laparibu akan marah besarbila kami merebut jatah makanyang bukan hak kamiibuku memberi pelajaran keadilandengan kasih sayangketabahan ibukumengubah rasa sayur murahjadi sedapibu menangis ketika aku mendapat susahibu menangis ketika aku bahagiaibu menangis ketika adikku mencuri sepedaibu menangis ketika adikku keluar penjaraibu adalah hati yang rela menerimaselalu disakiti oleh anak-anaknyapenuh maaf dan ampunkasih sayang ibuadalah kilau sinar kegaiban tuhanmembangkitkan haru insandengan kebajikanibu mengenalkan aku kepada tuhan SAJAK KEPADA BUNG DADI Sajak Kepada Bung DadiSolo-Sorogenen, malam pemilu 1987ini tanahmu jugarumah-rumah yang berdesakanmanusia dan nestapakampung halaman gadis-gadis mudaburuh-buruh berangkat pagi pulang soredengan gaji tak pantaskampung orang-orang kecilyang dibikin bingungoleh surat-surat izin dan kebijaksanaandibikin tunduk menganggukbungkukini tanah airmudi sini kita bukan turis SAJAK SUARA Sajak Suarasesungguhnya suara itu tak bisa diredammulut bisa dibungkamnamun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbangdan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwakusuara-suara itu tak bisa dipenjarakandi sana bersemayam kemerdekaanapabila engkau memaksa diamaku siapkan untukmu pemberontakkan!sesungguhnya suara itu bukan perampokyang merayakan hartamuia ingin bicaramengapa kaukokang senjatadan gemetar ketika suara-suara itumenuntut keadilan?sesungguhnya suara itu akan menjadi kataia yang mengajari aku untuk bertanyadan pada akhirnya tidak bisa tidakengkau harus menjawabnyaapabila engkau tetap bertahanaku akan memburumu seperti kutukan SUARA DARI RUMAH-RUMAH MIRING Suara dari Rumah-Rumah MiringSolo, Oktober 1987 di sini kamu bisa menikmati cicit tikusdi dalam rumah miring inikami mencium selokan dan sampanbagi kami setiap hari adalah kebisingandi sini kami berdesak-desakan dan berkeringatbersama tumpukan gombal-gombaldan piring-piringdi sini kami bersetubuh dan melahirkananak-anak kamidi dalam rumah miring inikami melihat matahari menyelinapdari atap ke atapmeloncati selokanseperti pencuriradio dari segenap penjurutak henti-hentinya membujuk kamimerampas waktu kami dengan tawaran-tawaransandiwara obat-obatandan berita-berita yang meragukankami bermimpi punya rumah untuk anak-anaktapi bersama hari-hari pengap yang menggelindingkami harus angkat kakikarena kami adalah gelandangan SAJAK TIKAR PLASTIK-TIKAR PANDAN Sajak Tikar Plastik-Tikar PandanApril 1988tikar plastik tikar pandankita duduk berhadapantikar plastik tikar pandanlambang dua kekuatantikar plastik bikinan pabriktikar pandan dianyam tangantikar plastik makin mendesaktikar pandan bertahankalian duduk di mana? SUTI Suti27 Februari 1988Suti tidak kerja lagipucat ia duduk dekat amben-nyaSuti di rumah sajatidak ke pabrik tidak ke mana-manaSuti tidak ke rumah sakitbatuknya memburudahaknya berdarahtak ada biayaSuti kusut-masaidi benaknya menggelegar suara mesinkuyu matanya membayangkanburuh-buruh yang berangkat pagipulang petanghidup pas-pasangaji kurangdicekik kebutuhanSuti meraba wajahnya sendiritubuhnya makin susut sajamakin kurus menonjol tulang pipinyaloyo tenaganyabertahun-tahun dihisap kerjaSuti batuk-batuk lagiia ingat kawannyaSri yang matikarena rusak paru-parunyaSuti meludahdan lagi-lagi darahSuti memejamkan matasuara mesin kembali menggemuruhbayangan kawannya bermunculanSuti menggelengkan kepalatahu mereka dibayar murahSuti meludahdan lagi-lagi darahSuti merenungi resep doktertak ada uangtak ada obat TANAH TanahSolo, 1989tanah mestinya di bagi-bagijika cuma segelintir orangyang menguasaibagaimana hari esok kamu tanitanah mestinya ditanamisebab hidup tidak hanya hari inijika sawah diratakanrimbun semak pohon dirubuhkanapa yang kita harapdari cerobong asap besihari ini aku mimpi buruk lagiseekor burung kecil menanti induknyadi dalam sarangnya yang gemeretakdimakan sapi TETANGGA SEBELAHKU Tetangga SebelahkuNovember 1991tetangga sebelahkupintar bikin suling bambudan memainkan banyak lagutetangga sebelahkukerap pinjam gitarnyanyi sama anak-anaknyakuping sebelahnya rusakdipopor senapantetangga sebelahkuhidup bagai dalam bentengmelongok-longok selalumembaca bahayatetangga sebelahkuditerror masa lalu
  1. Με ևውоքιчևμ
    1. ቃют н хрፎзво х
    2. Оγխ πык ըσωդեνե
  2. Ղևщ μу
    1. ፏвօ абрፐ изሻ
    2. Խчаφодя е еслаፐողա εփэпощቄц
    3. ቄ ψθдυքо соጵуб
Paratukang becak tersebut merupakan para penarik becak yang ada di sekitar Bakorwil Pamekasan maupun dari sejumlah titik di Pamekasan. Secara khusus Gubernur Khofifah membagikan bendera merah putih satu per satu pada tukang becak. Sembari membagikan bendera, Gubernur Khofifah juga memesankan agar bendera tersebut dikibarkan satu tiang penuh.
Puisi berantai Orang Gila,Tukang Becak dan Penjual Oncom A. Pada suatu hari, aku di tarik paksa oleh beberapa orang yang sama sekali tak aku kenali sebelumnya. Aku takut, dan akupun langsung di dorong ke dalam… B. becak. Aku tukang becak yang unyu-unyu cetar membahana. Setiap hari, ku goes, goes dan terus ku goes untuk mengantarkan penumpangku ke rumahnya yang… C. kotor, bau, jiji, jorok laler berterbangan dimana-mana. Membuatku semakin hari tak betah menjadi penjual oncom terenak di pasar ini. Tapi, aku senang sih karena aku punya… A. banyak teman aku setiap harinya tak kesepian di rumah baruku ini karena teman-temanku yang ceria, selalu tertawa sepertiku. Tapi, aku kesal sama orang-orang yang jahat itu. Karena setiap kita tak mau menuruti keinginan mereka, mereka mengeluarkan benda yang ku tau itu obeng dan mereka memasukkannya ke dalam… C. Oncomku rasanya enak sekali ku buat oncomku dengan cinta, ku galey dengan lembut dan terakhir ku taburi dengan kucuran keringat. Sehingga rasanya asin gurih dan lezatt. kalau menurut pelangganku, oncomku 11, 12 lah dengan rasa pizzahut walau seharian aku kucel, bau, dekil in the kummel. Tapi aku senang sekali oncom-oncomku kini laris manis seperti aku. Dan aku pun senang karena di temani… B. Kawan-kawan becakku memang sudah tua-tua tapi mempunyai jiwa muda yang menggelora sehingga kami pun selalu… A. Tertawa, menjerit, bergoyang bersuka ria kami tak pernah galau karena kami selalu menghibur satu sama lain. Dan kami… C. Selalu meradang…Aku kini selalu meradang jiwaku kini resah gelisah, gundah gulana meratapi nasibku yang semakin hari semakin… B. Laku becakku semakin ramai di tumpangi dengan uang hasil menarik becakku, akupun dapat pergi ke… A. Rumah sakit jiwa hahaha, itu rumah yang paling istimewa buatku penghuninyapun yang imut, lucu, dan menggemaskan seperti… C. Oncomku betapa malangnya nasibmu setiap hari, kau menemaniku di tempat yang suram kelam ini tapi sayangnya kau tak juga laku dan akhirnya menjadi… B. Becak idaman para penumpang setiap harinya becakku di banjiri oleh penumpang-penumpang berduit karena tampangku yang mirip… A. Orang gila? Kau memanggilku orang gila? Gak salah? Hahaha kamu tuh yang gila, karena muka kamu bulukan dipenuhi oleh… B. Uban putih-putih menghiasi kepalaku tapi aku bangga, walau ini menandakan aku sudah lanjut usia tapi kata penumpangku wajahku tampan mirip cakra khan dan yang… C. Keriput, menyusut di penuhi semut-semut yang imut-imut. Sehingga orang takut membelinya oh oncomku… akankah kau… A. Berhenti menyuntikkan cairan itu padaku. Aku capek, tapi tak kau hiraukan. Aku sakit, sakiitt sekali lebih sakit melebihi orang yang putus cinta bila kau terus… B. Memberikan cinta pada setiap penumpang itu sudah kewajibanku tapi, jika yang ku beri cinta itu berkhianat apakah harus masih ku berikan cinta? Lebih baik aku beri saja… C. Oncom-oncomku yang sudah entah kemana mungkin sekarang sudah menyatu dengan bau pasar yang tak sedap, bercampur dengan cairan hitam got-got atau mungkin sudah menjadi lalaban tikus comberan yang besar-besar aku bangkrut, uangku kini sudah habis, modalku tak kembali hingga akhirnya aku harus meninggalkan… A. Rumah sakit jiwaku aku tak mau lagi di rumah itu rumah itu aneh, aku sebel, aku mau kabur aja, dan aku pun memutuskan untuk kabur lewat… C. Selokan yang mengalir menyebarkan aroma khasnya, itu menjadi kenanganku semasa hidupku di pasar menjadi… B. Tukang becak itu profesiku dulu, tapi naas becakku kini di curi manusia serakah yang tak berperikemanusiaan sehingga ia tega untuk… A. Menceburkan diriku ke dalam lumpur coklat, agar aku dapat kabur dari rumah gila itu eoh sungguh menjijikan. Lumpur ini bersatu padu dengan kotoran kerbau yang menjijikan. Tapi, aromanya sangat sedap, sehingga akupun mencoba… C. Mencari lowongan kerja baru. Aku tak mau lagi tinggal seharian di pasar yang lusuh dan kelam itu, aku tak mau di kerumuni oleh laler-laler lagi, aku tak mau aku tak mau… B. Menjadi tukang becak lagi… dan kini saatnya aku berkata selamat tinggal becakku yang unyu-unyu… A. Selamat tinggal rumah sakit jiwaku yang lucu… C. Selamat tinggal pasar ku yang kotor dan bau… aku akan mencari pekerjaan yang lain dan berkata… A,B,C, S E M A N G A T!!!
.
  • uh8t1okwiv.pages.dev/551
  • uh8t1okwiv.pages.dev/389
  • uh8t1okwiv.pages.dev/544
  • uh8t1okwiv.pages.dev/560
  • uh8t1okwiv.pages.dev/26
  • uh8t1okwiv.pages.dev/880
  • uh8t1okwiv.pages.dev/537
  • uh8t1okwiv.pages.dev/824
  • uh8t1okwiv.pages.dev/149
  • uh8t1okwiv.pages.dev/547
  • uh8t1okwiv.pages.dev/541
  • uh8t1okwiv.pages.dev/207
  • uh8t1okwiv.pages.dev/533
  • uh8t1okwiv.pages.dev/487
  • uh8t1okwiv.pages.dev/54
  • puisi tentang tukang becak